SUKABUMITIMES.COM – Kembali Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Dzikir Al-Fath melepas Ustadz Gratis Depan (UGD) 4 dan Dai 3T untuk membangun daerah tertinggal di ke empat desa yang berada di pulau Buru, Maluku.
Pada pelepasan dan sekaligus seminar sosialisasi UGD dan Dai 3T ini dihadiri oleh pimpinan pondok Kyai Haji Fajar Laksana, koordinator Dai 3T se-Indonesia, H. Subhan Nur, dan Kepala Seksi Bimas Islam, H Ludi Jalaludin pada Selasa (20/8/2024) kemarin.
“Alhamdulilah, kembali kami bisa melakukan kegiatan pelepasan tim UGD 4 yang pada kesempatan ini dilepas oleh Bimas Kemenag RI yang akan ditugaskan di empat desa (Desa Widit, Dava, Gogorea dan Basalale) di Pulau Buru, Maluku,” ujar Kyai Haji Fajar Laksana usai seminar.
Tujuannya, kata Fajar, dalam rangka membangun desa dari segi pendidikan Agama, pendidikan umum, kewirausahaan, pertanian dan peningkatan kemampuan IT di desa serta menggerakkan masyarakat dalam masyarakat.
“Jadi untuk UGD ini kita sudah mengirimkan untuk ke empat kalinya ke desa tertinggal yaitu di Desa Widit. Sekarang sudah melebar ke Desa Dava, Gogorea dan Basalale,” katanya.
Fajar Laksana mengungkapkan alasan ke empat desa menjadi target dari program UGD dan Dai 3T dari ponpes Modern Dzikir Al-Fath karena desa tersebut merupakan desa tertinggal di Pulau Buru yang patut untuk dibantu.
“Ini murni dari pondok pesantren, dikarenakan ini sudah berada wilayah luar pulau, jadi kita bekerjasama dengan Bimas Kemenag Republik Indonesia,” ungkapnya.
Perlu untuk diketahui, bahwa pesantren dzikir Al-fath sendiri mempunyai program yang bukan hanya sekedar memberikan pendidikan agama Islam, tapi juga pendidikan umum.
“Tugas para daia disana nanti bukan hanya mengajarkan masalah keagamaan saja, namun kita juga mengajar di beberapa SD dan membangun kewirausahaan, karena desa tertinggal otomatis desa termiskin,” imbuhnya.
Oleh karena itu, sambung Fajar, desa termiskin disana butuh sentuhan-sentuhan agar sumber daya alamnya, mempunyai nilai tambah karena mereka tidak mampu menambah nilai produk dan akses pasar.
“Selain itu mereka kurang kemampuan di bidang IT. Padahal di desa bantuan untuk IT sudah ada tapi tidak mampu mengoperasionalkannya. Sehingga desanya tidak terangkat padahal sumber daya alamnya sangat luar biasa. Untuk itulah kita bantu dengan memberikan pelatihan-pelatihan di bidang IT,” cetusnya.
Adapun Ponpes Dzikir Alfath bekerjasama dengan Bimas Kemenag Republik Indonesia, lantaran program ini dilakukan diluar pulau.
“Maka kita melakukan kerjasama dengan Bimas Kemenag Republik Indonesia dan alhamdulilah kita mendapat respon yang baik. Bahkan dari Bimas Kemenag Republik Indonesia mensuport berupa bantuan al-quran untuk masyarakat di desa tertinggal,” paparnya.
Fajar Laksana menjelaskan, ada sekitar 12 orang yang diberangkatkan pada setiap gelombangnya dengan waktu selama 6 bulan. Mereka ditempatkan di empat Desa berbeda.
“Sedangkan untuk pengawasan dan perlindungannya kita bekerjasama dengan Bimas yang memberikan rekomendasi dan dilaporkan kepada Kodim dan polres setempat. Alhamdulilah aparat TNI dan Polri sangat membantu kita sehingga kita aman dan nyaman dalam berdakwah,” tandasnya.
Koordinator Dai 3T se-Indonesia, H. Subhan Nur mengucapkan terimakasih, kepada Kyai Haji Fajar Laksana atas program UGD.
“Ini kita sedang berkolaborasi antara kementrian agama dan ponpes Modern Dzikir dzikir Al-Fath bagaimana UGD ini dapat memanfaatkan talenta dan kemampuan yang dimiliki oleh para santri yang selain pintar ngaji juga pintar silat,” ungkapnya.
Jadi, masih kata Subhan Nur, pihaknya berharap santri-santri dari Al-Fath ini bisa terus melanjutkan dari program Dai 3T yang akan dilaksanakan pada Bulan Ramadhan 2025. Ia pun memberi wejangan kepada tim UGD untuk menjaga wibawa dan bersikap santun selama ditugaskan disana.
“Ya tentunya untuk para santri UGD karena daerah yang didatangi bukan kampung halaman sendiri, saya memberi wejangan untuk Assalamualaikum dulu kepada pribumi dan pimpinan daerah setempat baik kepada Kades, kadus ataupun kepala suku yang ada disitu,” katanya.
Seperti kata pepatah bijak mengatakan, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Itulah yang diingatkan kepada tim UGD selama bertugas.
“Jadi kulo nuhun dulu, permisi dulu, jadi jika itu sudah ditempuh InsyaAllah segala aktivitas dan kegiatannya akan mudah untuk para dai,” pungkasnya. (sya)