Inggu Sudeni, anggota legislatif terpilih dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Sukabumi ini memiliki latar belakang seorang wirausahawan handal di bidang ayam goreng tepung. Hebatnya lagi saat ini ia sudah mempunyai lebih dari 70 outlet. Bagaimana perjalanan Inggu sampai masuk ke dunia politik? Begini kisahnya.
_________________
Mungkin masyarakat Kota Sukabumi masih banyak yang awam dan jarang mendengar nama Inggu Sudeni, anggota legislatif terpilih dari partai berwarna oranye ini.
Namanya mulai diperhitungkan di kancah perpolitikan yang cukup sengit di kota kecil sejuta cerita ini, ya apalagi kalau bukan Kota Sukabumi. Apalagi setelah namanya terpampang nyata dalam Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota DPRD Kota Sukabumi dari Daerah Pemilihan (Dapil) 1 Cikole dan Citamiang.
Inggu Sudeni lahir di Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar). Inggu kecil merampungkan pendidikan SD hingga SMP-nya di Kabupaten Sukabumi. Baru kemudian beranjak remaja, pria berwajah tampan nan stylist ini melanjutkan pendidikan menengah atas di SMKN 2 Kota Sukabumi dan menyelesaikan kuliah S1 di STKIP PGRI Sukabumi Program Studi (Prodi) Ekonomi Akuntansi.
“Sampai Kota Sukabumi karena waktu itu kebawa sekolah di SMKN 2 Cipoho Kota Sukabumi dan Alhamdulillah jodohnya juga orang sini ya jadinya menetap di Kota Sukabumi deh. Sebenarnya background saya itu di pendidikan makanya mengambil Program Studi (Prodi) Ekonomi Akuntansi di STKIP PGRI Sukabumi,” kata Inggu Sudeni saat diwawancarai sukabumitimes.com di salah satu pusat kebugaran Kota Sukabumi, Jumat (28/6/2024).
Ternyata seorang Inggu juga sangat aktif di organisasi. Bahkan ia pernah didapuk sebagai Presiden Mahasiswa (Presma) saat itu.
Untuk menyalurkan kecintaannya terhadap dunia pendidikan, setelah lulus kuliah dirinya mengabdi di salah satu SMA favorit dan terbesar di kota ini, SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah (Hatoy) Sukabumi namanya.
“Memang benar karena background utama saya itu di pendidikan ya, kurang lebih lima tahun lamanya sejak tahun 2005 sampai 2010 saya sempat mengabdi di SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah atau Hatoy,” tuturnya.
Nekad Merantau ke Balikpapan
Seiring berjalannya waktu, Inggu memutuskan resign dari dunia pendidikan. Owner brand Java Fried Chicken ini, kemudian memulai usaha dan yang menjadi pilihan pertamanya adalah di Kalimantan, tepatnya Balikpapan (Kalimantan Timur).
“Meksipun pada awalnya di sana tak ada yang dituju, tidak ada orang yang dikenal sama sekali juga di sana, hanya berbekal informasi dari internet tentang kota yang memungkinkan mempunyai peluang bagus untuk memulai usaha. Dengan mengucap Bismillah, saya memutuskan pergi merantau ke sana dan buka usaha,” tegasnya seraya tersenyum.
Tidak sedikit orang yang terinspirasi atas perjuangan seorang Inggu. Bayangkan saja kala itu sewaktu pergi ke Balikpapan, Inggu hanya berbekal uang Rp5 juta dan bermodalkan keyakinan, tekad yang kuat serta semangat yang membara.
“Belum ongkos maupun yang lainnya dan hanya bermodalkan nekad dan keyakinan diri. Sementara istri dan keluarga saya ditinggal di Sukabumi,” tambahnya.
Setibanya di Balikpapan, selama seminggu ia bolak balik mencari kost-an dan segala macamnya, termasuk survey tempat untuk usaha.
“Waktu itu setelah dikurangi untuk membayar kost, uang tinggal Rp3 juta. Ya uang inilah yang saya gunakan untuk modal usaha, sehingga memutuskan untuk berdagang kaki lima saja dengan menjual Fried Chicken (ayam goreng tepung,red),” bebernya.
Pertama buka usaha jadi pedagang kaki lima, lanjut politisi PKS itu, Fried Chicken-nya belum memiliki brand. Maklum saja namanya juga proses merintis usaha.
“Di sana merasakan bagaimana beratnya memulai usaha ini, ya sekitar dua tahun pertama lah. Karena yang namanya usahakan tidak selamanya seusai dengan ekspektasi, naik dan turun selalu ada,” jelasnya.
Perjuangan di Balikpapan bertambah berat, lantaran ia hanya mampu membayar kost selama 3 bulan saja. Setelahnya, Inggu sempat tidak mampu membayar.
“Jangankan untung, untuk bayar kost dan untuk memutar modal saja supaya usaha tetap berjalan waktu itu sudah susah,” ceritanya.
Di tahun kedua, baru ada harapan. Jualan mulai ada peningkatan, bisa untuk membayar kost juga listrik, karenakan waktu itu jualannya di depan rumah orang. Sehingga pada akhirnya menjelang tahun ketiga, Alhamdulillah usaha mulai berkembang,” terangnya.
“Alhamdulillah dari jualan di gerobak kaki lima bisa membuka mini resto atau outlet, kemudian mulai membuat brand sendiri dan saya kasih nama Java Fried Chicken. Kita kan berasal dari Jawa ya, sehingga saya kasih nama Java Fried Chicken,” sebutnya.
Bermula dari sinilah seakan semua peluang terbuka lebar. Usaha terus berkembang dan di tahun ketiga ini Inggu mampu berekspansi bisnis di sejumlah tempat. “Hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk berinvasi melebarkan sayap ke Tarakan Kalimantan Utara (Kaltara),” paparnya.
Pertanyaannya bagaimana dengan keberlangsungan Outlet Java Fried Chicken yang di Balikpapan? Pria ramah ini mempercayakan kelangsungan usahanya itu kepada karyawan yang pertama direkrutnya.
“Saya percayakan pada karyawan yang pertama saya rekrut waktu itu, saya angkat jadi manager dan saya langsung pengembangan usaha di Tarakan. Alhamdulillah untuk di Tarakan ini termasuk cepat perkembangannya, bahkan setiap kecamatan di Tarakan ini ada outlet Java Fried Chicken,” cetusnya bangga.
Mulai Tapaki Dunia Politik
Tidak terasa sudah hampir 12 tahun lamanya hidup di Kalimantan. Inggu Sudeni akhirnya memutuskan untuk kembali ke Sukabumi, tepatnya tahun 2022 lalu. Apalagi outlet Java Fried Chicken yang dirintis dari nol, kini sudah maju dan berkembang pesat.
Hingga kisah ini ditulis, Inggu tercatat telah memiliki 70 outlet Java Fried Chicken yang tersebar di pulau Kalimantan (Kaltim dan Kaltara) serta Jawa, usaha tersebut dipercayakan pada manajer yang dipercayainya.
“Kalau sekarang kita tinggal mengontrol saja, dulu kalau mengontrol langsung ke sana dan di sana bisa sampai stay 6 bulan. Tetapi kalau sekarang sudah ada sistem, jadi setiap saat bisa mengontrolnya, sekarang setiap hari pasti ada laporan, jadi kadang saja mengontrol ke sana,” sambungnya.
Anggota legislatif terpilih dari PKS ini menyebut, sejak kembali ke Sukabumi aktivitas yang dilakukan tidak banyak sebenarnya. Paling olahraga, sepeda dan mengisi seminar-seminar, menjadi narasumber di sekolah-sekolah atau kampus kalau ada seminar kewirausahaan, dipanggil kampus untuk mengisi masalah entrepreneur mengenai pengembangan bisnis.
“Setelah lama meninggalkan keluarga ke Kalimantan, saatnya sekarang quality time bareng keluarga,” ujarnya.
Bisnis kulinernya sudah berjalan, saatnya hati seorang Inggu mulai tertarik ke dunia politik.
Oktober 2022 silam, dirinya dipinang oleh DPD PKS Kota Sukabumi untuk ikut andil dalam kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sebagai calon anggota DPRD Kota Sukabumi.
“Dan Alhamdulillah, qodarulllah dicalonkan sebagai anggota legislatif dari PKS. Pilihannya jatuh ke PKS, sebenarnya bukan semata-mata ke PKS, namun ada sejarah juga. Sewaktu masih di dunia pendidikan, banyak juga teman yang pada akhirnya secara tidak langsung jiwa kita itu sudah jiwa PKS,” tuturnya.
Namun di balik kesediaannya berkompetisi dalam kontestasi Pemilu 2024 tersebut, pada awalnya Inggu tidak ada minat untuk terjun ke dunia politik. Ia ingin fokus bisnis.
Selain itu, ia juga mempunyai pandangan bahwa masing-masing orang mempunyai nilai kebermanfaatan sendiri-sendiri.
“Sebelum ditawari untuk mencalonkan jadi anggota legislatif, istri juga sempat bertanya, Bah, apa atuh aktivitas di Sukabumi biar tidak kelihatan seperti pensiunan, masih muda kok sudah seperti pensiunan tidak ada kegiatan? begitu tanya istri,” ceritanya.
Dan gayung pun bersambut, DPD PKS Kota Sukabumi menawarinya untuk maju menjadi colon anggota DPRD Kota Sukabumi.
“Saya sempat bilang juga ke istri, ini mungkin jawaban doa kamu yang kemarin. Supaya kita lebih berguna lagi bagi masyarakat,” ucapnya.
Sebenarnya, pria yang sudah memiliki tiga anak itu pada awalnya mempunyai mindset yang minus terhadap anggota DPR/DPRD. Ia sempat tidak tertarik pada dunia politik praktis, walaupun sebenarnya simpatisan PKS.
“Karena dalam pandangan saya politik praktis, seperti DPRD itu tidak sesuai dengan ekspektasi saya, tidak sesuai dengan harapan kita, bahwa yang namanya anggota dewan itu harus mampu dan mau memperjuangkan kepentingan masyarakat, tapi faktanya banyak yang tidak demikian,” ujarnya.
Tapi setelah dipikir lagi dan banyak berdiskusi terutama dengan istri, siapa tahu ini sebenarnya jalan untuk lebih bisa membantu orang lain.
“Kemudian saya dan istri berpikir, dewan ini bukan ajang untuk mencari sesuatu, terutama materi, Allah SWT sudah luar biasa memberikan rezeki kepada kita. Jadi di politik ini ya kita fokus untuk memperjuangkan masyarakat,” bebernya.
Hingga pada akhirnya pasangan suami istri (Pasutri) yang harmonis itu berpandangan bahwa seandainya Allah SWT mentakdirkan terpilih, semoga nanti bisa membawa nilai positif bagi Kota Sukabumi.
“Setelah secara resmi ditawari menjadi caleg tentu kita sempat bingung, karena lama hidup di Kalimantan, setelah kembali ke Sukabumi pasti tidak mempunyai jaringan siapapun dan dalam politik itu, kalau gerak jangan sampai serampangan dan tanpa arah yang jelas. Artinya harus dengan persiapan yang matang,” ujarnya.
Sebelum dirinya terjun ke lapangan, ada beberapa langkah yang dilakukan terlebih dahulu.kata Inggu Sudeni saat diwawancarai sukabumitimes.com di salah satu pusat kebugaran Kota Sukabumi, Jumat (28/6/2024).
Pertama, melakukan mapping kekuatan semua peserta pemilu, terutama di Dapil 1 (Cikole dan Citamiang). Dengan menganalisa semua kekuatan politik yang ada di semua partai, terutama yang kira-kira mempunyai kans terpilih nantinya. Agar bisa membaca bagaimana langkah terbaik di lapangan.
“Hasil dari analisis ini, kita jadikan sebagai pedoman dan kita buat Standar Operasional Prosedur (SOP), bahkan semua tim di lapangan sampai di tingkat yang paling bawah dalam bergerak harus sesuai dengan SOP yang sudah dibuat. Semua tim jangan lirik sana-sini, calon lain mau kampanye seperti apa terserah, saya selalu tekankan ke tim untuk selalu berpedoman pada SOP yang sudah ada. Laksanakan SOP ini, karena SOP ini adalah hasil riset kita,” tambahnya.
Ketika ditanya mengenai keberaniannya mengambil nomor urut 12, Inggu Sudeni menjabarkan bahwa ini sebenarnya suatu tantangan yang harus bisa dibuktikan, setelah banyak caleg yang gagal.
“Keputusan untuk mengambil nomor urut 12 itu memang juga ada strateginya sendiri. Pada awalnya sama DPW PKS Jabar ditempatkan di nomor urut 8, nomor cantik sama dengan nomor partai. Namun, justru saya tertarik dengan angka 12 itu, karena pertama saya suka dengan angka 1 dan 2. Kedua, tantangan karena dulu ada yang nomor 12 namun gagal, nah disinilah saya tertantang dan mau membuktikan supaya bisa berhasil lolos. Alhamdulillah akhirnya lolos juga. Kalau kita kan background wirausaha yang senang mencoba hal-hal yang baru dan tantangan baru,” pungkasnya. (sya)