SUKABUMITIMES.COM – Debat publik calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Sukabumi memang sudah berakhir dilaksanakan pada hari Jumat (8/11/2024) kemarin.
Namun, setelah debat publik tersebut, justru banyak hal yang menarik untuk dicermati, terutama sejauh mana para calon menanggapi isu-isu atau kejadian yang terjadi di masyarakat.
Begitu pula dengan bencana banjir limpasan dan longsor yang membuat lumpuh kota Sukabumi, karena hujan deras yang turun dalam durasi yang lama, lebih dari tiga jam.
Dalam debat publik tersebut, banjir yang melanda kota Sukabumi beberapa hari sebelumnya menjadi isu yang menarik perhatian masyarakat Sukabumi.
Bagaimana para pasangan calon (Paslon) menyikapinya?
Paslon nomor urut 1 Achmad Fahmi – Dida Sembada menyorot masalah tata ruang itu harus sesuai dengan Perda No. 1 tahun 2022 terkait Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
“Tidak bisa masalah bencana atau musibah dikaitkan dengan kelengahan atau kelalaian pemerintah semata,” kata Achmad Fahmi saat konferensi pers setelah pelaksanan debat publik pada Jumat (8/11/2024).
Pasangan Serasi ini mengingatkan bahwa dalam hal banjir kemarin itu juga ada tanggung jawab semua pihak.
“Disana juga ada peran dan tanggung jawab swasta dan masyarakat. Mari kita sama-sama jangan hanya mengkritisi, namun kita harus sama-sama beraksi dan mari kita bangun Sukabumi menjadi yang lebih baik lagi,” ajaknya.
Senada dengan hak tersebut, Paslon nomor urut 2 Ayep Zaki – Bobby Maulana menyikapi masalah banjir dengan lebih melihat permasalahan tata kelola drainase yang harus diperhatikan..
“Mengenai banjir, bahwa tidak ada kota modern yang alami banjir, kecuali mengenai tata kelola drainase, karena hal mendasar adalah tata kelola drainase harus benar,” jelas Ayep Zaki.
Menurutnya selama ini, di kota Sukabumi tidak pernah diperhatikan drainasenya.
“Di Sukabumi sebenarnya ada gorong-gorong besar yang dibuat pada zaman Belanda, tapi sekarang pernah di fungsikan,” ujarnya.
Ia berpendapat dengan gorong-gorong yang besar diharapkan mampu menampung air dalam jumlah yang banyak, sekalipun hujannya dua hari dua malam.
“Karena drainasenya jelek, sehingga mengakibatkan air itu berada di permukaan tanah, karena dalam jumlah yang besar maka terjadilah banjir,” ujarnya.
Pasangan ini berkomitmen kalau dilantik menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Sukabumi, maka yang akan dilakukan adalah memfungsikan kembali gorong-gorong besar terbuat.
“Setelah dilantik, kita akan fungsikan kembali gorong-gorong besar tersebut yang dibuat Belanda tahun 1914,” bebernya.
“Sayakan lahir dan dibesarkan di Kota Sukabumi., baru kali ini melihat banjir yang begitu besar di sini. Padahal hujan turi tidak sebar seperti biasanya,” herannya Muraz calon Wali Kota Sukabumi yang berpasangan dengan Calon Wakil Wali Kota Sukabumi Andri S. hamami.
Muraz justru mempertanyakan ini ada apa? kemarin hujan tidak lebih dari 3 jam tapi banjir seperti ini.
“Mungkin ini disebabkan oleh tata kelola lingkungan hidup dan tata kelola pembuatan pembangunan infrastruktur tidak sinkron. Ini menjadi PR yang cukup berat dan menjadi catatan kita semua,” bebernya.
Mohammad Muraz – Andri S hamami lantas memberi satu solusi yang mungkin bisa menjawab atas permasalahan banjir ini.
“Harus kita lihat, karena ini menyangkut anggaran yang cukup besar saat perbaikan dan pembuatan trotoar. Kalau memang drainase tidak bagus ya harus di bongkar trotoar tersebut, daripada menyebabkan terjadinya banjir kembali,” ujarnya.
“Kota Sukabumi inikan kota yang cantik dengan kemiringan 30 persen, rasanya menjadi aneh kalau sampai terjadi banjir sebesar kemarin,” pungkasnya.
Namun begitu, ada satu kata sepakat dari ketiga Paslon tersebut, bahwa bencana banjir ini jangan sampai terulang lagi dan ini menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah untuk segera mencari solusinya. (sya)