Tentu kita mengenal sosok Zaenal Arifin, Kepala SMA Pesantren Terpadu (PT) Hayatan Thayyibah, seorang yang penuh syukur dan rendah hati. Seorang yang selalu memegang prinsip ‘Isy Kariman au Mut Syahidan’. Hidup mulia atau mati dalam keadaan syahid. Bagaimana Usaha Zaenal Arifin menuju kearah tersebut? Ikuti ulasan berikut:
SUKABUMITIMES.COM – Menjadi Kepala SMA Pesantren Terpadu (PT) Hayatan Thayyibah bukanlah suatu kebetulan belaka bagi Zaenal Arifin. Namun melalui perjalanan dan pengabdian yang panjang dan penuh liku.
Kepala sekolah baginya adalah suatu amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada bukan hanya ke pihak warga sekolah, masyarakat, namun jabatan itu yang paling utama harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.
Sebagaimana diutarakan oleh Zaenal Arifin, bahwa jabatan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT dan itu tidaklah mudah.
“Agama mengingatkan bahwa jabatan yang kita emban bukanlah suatu keistimewaan, tapi tanggung jawab. Ia bukan fasilitas tapi pengorbanan. Ia bukan leha-leha tapi kerja keras;, jabatan juga bukan kesewenangan bertindak tapi kewenangan melayani, dan apa akhirnya jabatan adalah pelopor keteladanan berbuat,” ujarnya.
“Selain itu, jabatan bukan sarana pembalasan dendam, tetapi sebagai pengayom, mampu menghimpun semua komunitas. Sebagaimana pesan dalam Al Quran: Janganlah kebencianmu kepada satu kaum menjadikanmu tidak berlaku adil (terhadap mereka),” tambahnya.
Menjadi Bagian Keluarga Besar SMA PT Hayatan Thayyibah
Namun sebelum itu, bagaimana Zaenal Arifin bisa mengabdikan diri dengan menjadi salah satu pengajar di SMA PT Hayatan Thayyibah?
Zaenal Arifin bergabung ke SMA PT Hayatan Thayyibah sejak tahun 2003. Perjalanan panjang ini tentu membuat dirinya memahami harus bagaimana menjalankan dan memanage salah satu SMA favorite di Sukabumi ini.
“Saya masuk ke SMA Hatoy tahun ke 5, tahun 2003. Jadi saat dibuka penerimaan guru baru, saya langsung mendaftar,” kata Zaenal Arifin kepada sukabumitimes.com.
Proses pendaftaran masuk ke SMA PT Hayatan Thayyibah untuk menjadi guru harus mengikuti serangkaian tes yang sangat ketat dan persaingan yang tidak sedikit, mereka berusaha untuk menjadi yang terbaik dan menjadi keluarga besar disini.
“Waktu itu, saya harus mengikuti serangkaian tes tertulis yang meliputi soal olimpiade Matematika, tes baca tulis Al-Quran, tes wawancara, dan tes mengajar. Dan Alhamdulillah saya termasuk pendaftar yang diterima di SMA PT Hayatan Thayyibah,” ungkap Pak ustad begitu ia sering kali di panggil.
Pak ustad menuturkan, meskipun waktu dirinya baru diterima sebagai guru, sekolah ini masih terbilang muda, meskipun begitu raihan prestasi sudah banyak dan sudah menjadi perhatian masyarakat Sukabumi karena kualitasnya.
“Di usia muda, SMA Hatoy sudah menorehkan banyak prestasi termasuk menjuarai ajang OSN tingkat Kota Sukabumi. Dan memang dari awal sekolah ini sangat memperhatikan kualitasnya. Sehingga kemudian tergambar kesan santri tapi pinter sains, sesuai dengan taglinenya menciptakan santri yang eksekutif dan eksekutif yang nyantri. Luar biasa,” imbuhnya.
Masih lanjut Zaenal Arifin, dirinya sebelum menjabat sebagai kepala sekolah, dipercaya untuk mengampu mata pelajaran matematika.
“Sebagai guru, saya adalah guru matematika, dimana biasanya anak-anak agak phobia terhadap matematika. Maka tugas saya adalah bagaimana anak-anak bisa menjadi happy dengan pelajaran ini,” ungkapnya.
“Justru itu menjadi tantangan tersendiri. Saya sebagai guru matematika mempunyai moto, yakni menjadi guru matematika yang “berfungsi” memetakan siswa dari tidak suka/tidak bisa matematika menuju cinta/paham matematika,” tambahnya.
Tidak lupa ia bersyukur, sebab saat mengajar di SMA PT Hayatan Thayyibah ini banyak mendapat keberkahan yang mengembangkan potensinya di bidang matematika.
“Alhamdulillah semenjak saya mengajar di SMA Hatoy ini banyak sekali keberkahan. Selain mengantarkan siswa meraih juara olimpiade matematika, Alhamdulillah saya juga berkesempatan meraih juara OGN bidang matematika dan guru prestasi tingkat kota dan provinsi,” beber Zaenal Arifin yang saat ini dipercaya menjadi ketua FKSS Kota Sukabumi.
Pria ramah lulusan S1 jurusan Teknologi Industri Pertanian, IPB dan S2 Manajemen Pendidikan UNPAK tahun 2016 ini menuturkan sebelum menjadi kepala sekolah keseharian diisi dengan mengajar, mengupgrade diri mengasah kompetensi dan latihan soal matematika.
“Selain itu, menjadi pengajar di lembaga bimbel, membimbing siswa Hatoy hingga malam. Mengisi kajian di beberapa Masjid/majelis ta’lim,” tuturnya.
Pegang Amanah Jadi Kepala SMA PT Hayatan Thayyibah
Tentu berbagai kesibukan terus bertambah setelah diamanati menjadi kepala SMA PT Hayatan Thayyibah. Karena tanggung jawab bertambah, terutama untuk menjaga bahkan meningkatkan eksistensi sekolah yang dipimpinnya.
“Setelah menjadi kepala sekolah lebih fokus ke memanage sekolah dengan membuat program dan mengontrol pelaksanaannya. Alhamdulillah diamanahi juga sebagai ketua FKSS SMA Kota Sukabumi,” imbuhnya.
Secara historis SMA PT Hayatan Thayyibah telah dipercaya untuk menjadi sekolah yang terpilih dalam program-program pemerintah sejak digulirkan program RSBI, Pilot Project Kurtilas, Sekolah Rujukan, Sekolah Zonasi dan sekarang Program Sekolah Penggerak.
“Hal yang baik dipertahankan bahkan ditingkatkan. Untuk pencapaian visi saat ini dibuat program yang jelas, detail dan terukur agar betul-betul visi tersebut bisa tercapai,” tandasnya.
Ketika ditanya sukabumitimes.com apa saja kiat-kiat untuk memajukan sekolah ini, ia mengemukakan bahwa terus menanamkan spirit berkah kepada seluruh civitas SMA PT Hayatan Thayyibah.
“Berkah memiliki makna Ziyadatul Khair, bertambah-tambah kebaikan. Terus berinovasi, berkarya, mengupgrade diri baik wawasan, kompetensi maupun spiritual untuk mencapai Visi SMA Hatoy Unggul dalam IMTAQ, terampil berkomunikasi dan terdepan dalam IPTEK melalui Kolaborasi dan Inovasi,” ucapnya.
Capaian yang telah ditorehkan tentu saja tidak akan berhenti sampai disini saja, bahkan dirinya bertekad membawa SMA PT Hayatan Thayyibah merambah ke tingkat nasional dan internasional.
“Untuk menuju ke arah sana, kami menyelenggarakan berbagai ekstrakurikuler untuk mengembangkan minat dan bakat siswa, baik dalam bidang tahfidz, seni, olahraga juga sains. Juga memfasilitasi siswa agar aktif mengikuti berbagai lomba sehingga mereka semangat dalam mengasah bakat dan potensinya. Saat ada siswa yang mengikuti ajang lomba dilakukan pembinaan secara intensif baik di kampus maupun di luar kampus,” tandasnya.
Penuh Syukur dan Rendah Hati
Zaenal Arifin selalu menyadari sebagai manusia, kita adalah hamba Allah yang diciptakan untuk mengabdi kepadaNya. Hal-hal baik yang ada pada diri kita merupakan nikmat dari Allah yang harus disyukuri.
“Dengan bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada orang-orang yang menjadi wasilah kebaikan itu sampai ke kita,” ujarnya.
Dirinya juga senantiasa menyadari adanya kesulitan yang dihadapi itu pun ujian dari Allah yang harus disikapi dengan sabar.
“Sehingga menguatkan mental kita dan kita lulus ujian. Saat kita berbuat baik dan menghargai orang lain, selain itu merupakan tuntunan agama, pada dasarnya kita juga sedang berbuat baik dan menghargai diri kita sendiri,” pungkasnya. (sya)