SUKABUMITIMES.COM – Pembangunan jalan tol Semarang – Demak menjadi sorotan dunia karena mengusung teknologi yang tidak hanya canggih, tetapi juga ramah lingkungan.
Proyek ini mencuri perhatian dengan pemanfaatan sekitar 10 juta batang bambu sebagai bahan konstruksi utama, menjadikannya sebagai proyek jalan tol pertama di dunia yang menggunakan bambu dalam jumlah yang sangat besar.
Pembangunan jalan tol Semarang-Demak tidak hanya mempermudah akses antar kota, tetapi juga membawa dampak positif bagi ekonomi lokal. Dengan menggunakan bambu, yang banyak ditanam oleh petani lokal, proyek ini turut meningkatkan perekonomian daerah. Selain itu, penggunaan bambu dalam skala besar ini membuka peluang baru dalam industri konstruksi hijau di Indonesia.
Dengan penggunaan 10 juta batang bambu dalam proyek ini, Indonesia memperlihatkan komitmennya untuk memimpin dalam inovasi yang mengutamakan keberlanjutan dan pelestarian lingkungan.
Jalan tol Semarang-Demak adalah simbol kemajuan infrastruktur yang ramah lingkungan dan bisa menjadi inspirasi bagi proyek-proyek besar lainnya di masa depan.
Kepala Satuan Kerja Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Yusrizal Kurniawan mengatakan, Jalan Tol Semarang – Demak Seksi I Kaligawe-Sayung sepanjang 10,64 kilometer itu dibangun menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
“Pembangunan Jalan Tol Semarang – Demak Seksi 1 yang menghubungkan Kaligawe-Sayung sepanjang 10,64 kilometer dibangun menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 15 persen dan Loan dari Tiongkok 85 persen,” kata Yusrizal.
Pohon bambu banyak ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Bambu memiliki karakteristik ketahanan dan daya dukung yang baik bilamana dalam kondisi terendam air.
Pengujian daya dukung bambu telah dilakukan di Laboratorium Universitas Gajah Mada. Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak yang menggunakan matras bambu pun sangat efisien.
Sebab, biaya konstruksinya dapat dihemat hingga 30-40 persen dibandingkan menggunakan metode lainnya.
“Tantangan dalam Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak seksi 1 ini adalah penanganan soil improvement pada tanah lunak,” pungkas Yusrizal. (*)