SUKABUMITIMES.COM – Seorang guru sekaligus murid tidak boleh dilupakan, bahkan seorang guru Yeng mendidik pad waktu yang sama juga harus jadi murid.
Ini isi pesan yang disampaikan oleh Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nashir saat tabligh Akbar di Pondok Pesantren Modern Darul Arqom Tulung, Kabupaten Klaten, Sabtu (31/8/2024).
Kita lihat di era sekarang ini, di mana murid bisa lebih cepat mengakses ilmu di internet maupun media sosial. Jadi sebagai pendidik tidak boleh menutup diri dengan pengetahuan baru.
“Oleh karena itu, guru harus terus senantiasa belajar. Tidak sebatas mendidik ilmu definisi-definisi melainkan harus mendidik yang melahirkan pemahaman,” kata Haedar.
Guru Besar Ilmu Sosiologi ini berpesan supaya di era tsunami informasi yang terjadi sekarang, pendidik di lembaga pendidikan Muhammadiyah harus membuka diri untuk menerima ilmu-ilmu baru dari berbagai arah.
Di pondok pesantren Muhammadiyah, kata Haedar, bisa dijadikan sebagai wadah untuk mengajarkan pendidikan agama. Namun juga tetap mengajarkan ilmu-ilmu umum lainnya sehingga melahirkan pendidikan integratif.
“Silahkan baca buku apapun, anak-anak kita silahkan. Jangan dibatasi bahan bacaannya, sebab jika itu dilakukan maka akan berkemunduran,” tutur Haedar.
Menurutnya, sumber bacaan yang variatif akan memberikan pandangan yang multiperspektif. Tentu dengan bacaan atau pengajaran yang utama yaitu pendidikan agama yang kuat sesuai pandangan keislaman Muhammadiyah.
Manusia sebagai makhluk Allah SWT yang dibekali akal dan hati harus dimaksimalkan potensinya. Sehingga tugas sebagai hamba dan khalifah di muka bumi bisa dilakukan oleh manusia.
“Syukur nikmat itu dengan cara memaksimalkan yang Allah berikan, termasuk mengurus dan mengelola bumi dengan baik, dan tidak merusak,” katanya.
Pendidikan integratif dan pemaksimalan potensi manusia ini, katanya, dasarnya dapat ditemukan dalam sejarah hidup Kiai Ahmad Dahlan. Praktik hidup yang dilakukan oleh pendiri Muhammadiyah itu diharapkan Haedar bisa ditiru oleh para peserta didik di lembaga pendidikan Muhammadiyah. (*/sya)