SUKABUMITIMES.COM – Perempuan mendapat kedudukan yang sangat terhormat dalam ajaran agama Islam. Dimana derajat antara laki-laki dan perempuan adalah sama, kecuali derajat keimanan. Itu pun tidak membedakan antara laki-laki maupun perempuan.
Justru perempuan mendapat apresiasi dalam bentuk Al Musawah (persamaan derajat) di berbagai level eksistensi, kontribusi, dan partispasi baik dl hal private maupun publik.
Hal ini diungkapkan oleh Penasehat Grand Syekh Al- Azhar Nahla Sabry El Seidy dalam Kuliah Umum Internasional bertajuk Kepemimpinan Perempuan dalam Islam, yang berlangsung di Aula Program Pascasarjana, Kampus II, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, beberapa waktu lalu.
“Perempuan terlibat langsung dalam proses kecerdasan umat, itu semua terjadi pada masa nasi Muhammad SAW, bahkan perempuan diperbolehkan dalam Medan pertempuran, dan di luar itu perempuan berperan dalam aspek sosial, politik, ekonomi dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Menurutnya, peran perempuan itu sangat vital, sangat strategis untuk mengembangkan kehidupan Islam dalam multi dimensinya.
Dalam syariat Islam sangat jelas, bagaimana peran perempuan dalam membangun masyarakat, bahwa perempuan sebagai mitra laki-laki, sebagaimana sabda Rasul SAW, bahwa wanita adalah mitra dari para kaum lelaki, “karena syariat Islam sebenarnya tidak mengenal istilah diskriminasi terhadap wanita, marginalisasi terhadap perempuan, sehingga perempuan dalam syariat Islam adalah unsur pokok akan terjadinya kebangkitan umat,” tandasnya.
Kalau melihat dalam konteks kekinian, mengapa terjadi marginalisasi terhadap perempuan? Jawabannya setidaknya ada dua hal, yaitu pertama, karena tidak komitmen mengikuti prinsip-prinsip agama yang sebenarnya mengagungkan peran perempuan.
“Kedua, terjerumus dengan tradisi yang kurang baik yang mendiskriminasikan wanita ini terjadi di beberapa kalangan. Al-Azhar mempunyai peran dalam merekontruksi pemahaman-pemahaman yang bersifat miskonsepsional, terkait bagaimana peran perempuan, Al-Azhar melihat bahwa diskriminasi perempuan atas nama agama adalah dilandasi dengan kebodohan,” tandanya.
Nahla pada akhir sesi menyampaikan rekomendasi supaya para pimpinan kampus untuk melibatkan lebih banyak partisipasi perempuan dalam membuat kebijakan kampus serta memberikan peningkatan kapasitas perempuan dalam penggunaan teknologi.***