Assoc. Prof. Reny Sukmawani, siapa yang tidak mengenalnya, Rektor Perempuan Pertama Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) dan di Sukabumi. Konsisten dalam dunia pertanian, hingga membawanya setahap lagi memegang gelar Professor Pertanian. Bagiamana kisahnya?
SUKABUMITIMES.COM – Reny Sukmawani, Rektor Perempuan Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) pertama ini mengenal dan menekuni dunia pertanian berawal dari ketidaksengajaan. Namun justru membawanya ke tangga kesuksesan sehingga memegang amanah menjadi orang nomor satu di kampus terbesar di Sukabumi ini.
Reny muda mengenal pertanian setelah dirinya lulus SMP dan melanjutkan ke Sekolah Pertanian Pembangunan – Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPP – SPMA) di Sumedang Jawa Barat (Jabar).
Sekolah ini adalah milik provinsi Jabar, terbesar dan memiliki ikatan dengan kedinasan pada waktu itu, namun ketika dirinya masuk ikatan dinas tersebut sudah tidak ada lagi.
Reny Sukmawani menceritakan bagaimana awal mula dirinya bisa sampai masuk ke SPP-SPMA Sumedang. Hal ini ternyata berawal dari ketidaksengajaan, karena kepingin aktif di sekolahnya.
“Saya itu orangnya aktif di sekolah sewaktu SMP dulu. Pernah aktif di dunia olahraga seperti main volly ball, tenis meja dan OSIS pun demikian. Hal ini justru kebalikan dari orang tuanya, khususnya bapak yang tidak menyukai anaknya jika terlalu aktif. Misalnya jika sekolah mengadakan camping itu, saya pasti tidak diijinkan untuk ikut,” ceritanya kepada sukabumitimes.com di ruang kerjanya.
Supaya bisa secara aktif mengikuti kegiatan sekolah, maka diupayakan melanjutkan sekolah yang jauh dari rumah. Dan memang secara kebetulan di Sumedang ada paman dan menyarankan juga untuk sekolah disana dan mendaftarkanlah di SPP-SPMA.
“Pada saat tes masuk itu, saya banyak sekali yang awam tidak tahu menahu peralatan pertanian dan segala macamnya, dan benar-benar sesuatu hal yang baru bagi saya” ujar perempuan ramah, supel, dan murah senyum ini.
Karena memang ini sudah pilihan, jadi konsekuensinya harus diterima dengan besar hati, dan juga tidak boleh mengeluh.
“Di SPP-SPMA ini juga ada sistem gojlokan, rasa senioritas sangat tinggi. Pertama kaget dengan situasi itu, pingin ngeluh tapi tidak boleh karena itu konsekuensi yang saya terima. Justru dengan di gojlok tersebut itu ada efeknya bagi saya, efeknya itu kita jadi mengasah mental, meksipun tidak jarang menangis juga. Namun begitu, justru ini memberi saya pelajaran bahwa hidup itu tidak selalu enak dan tidak selalu sesuai harapan,” lanjut Rektor UMMI yang sudah menyandang gelar Assoc Profesor bidang pertanian ini.
Di SPP-SPMA ini lanjut rektor UMMI, meksipun awalnya boleh dibilang nyasar, karena awalnya pingin menghindar dan tidak terpikirkan sebelumnya, ternyata masih mampu juga meriah prestasi.
” Dulu sewaktu masih sekolah di Sumedang itu, disuruh mengurus sebidang tanah, disuruh mencangkul juga. Sehingga telapak tangan pada kapalan. Alhamdulillah masih bisa tetap berprestasi, saya sempat ikut temu siswa daerah ikut lomba mading dan menjadi juara dua se-Jawa dan Bali,” bangganya.
Mengenai prestasi, Reny Sukmawani sering kali mendapatkan rangking bahkan juga mendapat beasiswa karena prestasinya.
“Sedangkan prestasi dikelas juga tidak jarang meraih juara satu dan saya juga termasuk salah satu penerima beasiswa karena prestasi. Pada saat itu yang namanya beasiswa tidak dipotong dengan SPP, jadi justru kita lulus itu banyak bawa uang,” sambungnya.
Setelah lulus dari SPP-SPMA itu, kenang Reny Sukmawani, dirinya sempat bingung harus melanjutkan kemana disinilah pamannya yang sekali lagi berperan.
“Waktu itu paman bilang, Reny kamu melanjutkan saja ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Di sini kemudian saya mendaftar dan masuk ke Pendidikan Guru Kejuruan Pertanian (PGKP) IPB di Bogor. Saya memang dari kecil bercita-cita jadi guru. PGKP IPB itu pada awalnya juga ikatan dinas, namun ketika saya masuk sudah tidak ikatan dinas lagi,” kenangnya.
Kemudian setelah selesai dari IPB langsung kuliah lagi dengan mengambil S1 pertanian di Unpad Bandung.
“Lulus D3 tahun 1996 kemudian langsung nikah, setelah nikah berpisah rumah dulu dengan suami, suami tetap di Bogor dan saya lanjut belajar di Unpad,” pungkasnya. (sya)