Assoc. Prof. Reny Sukmawani, siapa yang tidak mengenalnya, Rektor Perempuan Pertama Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) dan di Sukabumi. Karena kekagumannya terhadap Amin Rais membawanya ke puncak pengabdian. Bagaimana kisahnya?
______________________
Perjalanan Reni Sukmawani menjadi seorang pengajar (guru/dosen) merupakan hasil sebuah proses perjalanan panjang, yaitu mulai dari masuk perkuliahan di IPB lanjut ke Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Bahkan harus merelakan setalah menikah berpisah dengan suaminya, demi mengejar sebuah cita-cita. Suami tetap stay di Bogor, sedangkan dirinya melanjutkan kuliah S1 di Unpad dan masih mengambil bidang pertanian.
Setelah menyelesaikan kuliah di IPB Bogor kemudian dilanjutkan kuliah S1 di Unpad Bandung, disinilah Renny Sukmawani mulai mengenal dan bersinggungan dengan organisasi keagamaan Muhammadiyah.
Perkenalannya dengan Muhammadiyah sebenarnya berawal dari ngefansnya pada tokoh Muhammadiyah dan sekaligus salah satu tokoh reformasi saat itu, yaitu Amin Rais.
“Pada saat tahun 1998, waktunya saat itu reformasi, saya sangat mengidolakan Amin Rais, zaman reformasi waktu itu, Amin Rais dimana pun saya kejar, meskipun saya waktu itu sudah punya bayi,” begitu ujar Renny Sukmawani kepada sukabumitimes.com ketika diwawancarai di ruang kerjanya, (26/6/2024)
Zaman reformasi yang paling tidak pernah dilupakan, ketika dirinya melakukan demonstrasi dengan para mahasiswa lainnya, sedangkan waktu itu sudah mempunyai bayi.
“Pernah juga ikut demonstrasi dan dorong-dorongan bersama yang lainnya sambil membawa bayi, jadi bayi disebelah sana dengan pengasuh, saya disini demo dengan mahasiswa yang lain,” kenangnya.
Rasa ngefansnya sampai mengoleksi barang yang berhubungan dengan Amin Rais, mulai dari mengoleksi buku-buku tentang Amin Rais maupun semua karyanya, atribut dan pernak-pernik nya semua dikoleksinya.
“Karena mengidolakan Amin Rais tersebut, lama kelamaan saya mulai mengenal organisaai keagamaan Muhammadiyah. Sebenarnya sewaktu masih di Sukabumi, saya belum kenal atau mengetahui apa itu Muhammadiyah,” bebernya.
Membangun Bisnis Bareng Suami
Allah SWT memberi kemudian saat perkuliahan di Unpad, meksipun sudah mempunyai bayi namun Renny Sukmawani tidak pernah untuk mengambil cuti kuliah, baik cuti hamil maupun cuti melahirkan.
“Meksipun begitu saya tidak pernah cuti, baik cuti hamil maupun cuti melahirkan, bahkan dua minggu setelah melahirkan pun, saya langsung ikut ujian dan Alhamdulillah, ajaibnya nilai saya waktu itu A semua. Padahal boro-boro untuk belajar atau menghafal, karena disibukkan dengan mengasuh bayi,” ungkap Renny Sukmawani yang sudah dikarunia tiga orang anak.
Setelah menyelesaikan study di Unpad Bandung, Renny Sukmawani beserta suami tinggal di Bogor untuk berwirausaha dan membangun bisnis.
“Setelah lulus kuliah, saya tinggal di Bogor bareng suami yang berwirausaha. Di Bogor sempat membuka rental komputer di Malabar (Komplek IPB) Baranangsiang, juga kita buka toko komouter di Internusa (sekarang Siloam),” jelas Rektor UMMI, Assoc Prof. Renny Sukmawani.
Dalam perjalanan membangun bisnis di Bogor bareng suami tidaklah semulus yang kita bayangkan, cobaan datang, waktu itu terjadi kebakaran toko komputer di Internusa, sehingga toko harus pindah ke belakang.
“Selain itu, pernah juga rumah kita sempat dirampok saat dini hari ketika baru pulang dari toko. Uang yang ada di dalam tas habis dibawa perampok semuanya. Padahal uang tersebut untuk gaji karyawan dan uang belanja toko,” ceritanya.
“Alhamdulillah kita tidak apa-apa, padahal kita tertidur didalam rumah sedangkan uangnya berada dalam tas yang waktu itu dijadikan bantal karena lelah dan tertidur,” sambungnya.
Renny Sukmawani melanjutkan ceritanya, yang kita kaget waktu itu kita tidak bangun, justru entah bagaimana kalau seandainya kita bangun.
Dari situlah, orang tua khawatir, sehingga kemudian saya memutuskan untuk pulang ke Sukabumi sedangkan suami masih di Bogor.
“Dari Parungkuda ke Bogor dan sebaliknya saat ini masih lancar dan belum ada kemacetan seperti Sekarang ini, jadi perjalanan cepat dan lancar,”‘ tambahnya.
Seiring dengan Perjalanan waktu, kita membeli rumah di Cigunung, rumah yang kita tempati sampai sekarang. Itu rumah perjuangan saya dan suami, sehingga tidak akan dijual, banyak kenangan didalamnya.
“Karena anak waktu itu masih kecil, makanya hanya menjalankan bisnis saja, yaitu rental komputer dan rental mobil, bahkan kita waktu mobil sampai punya 21 armada di Sukabumi,” katanya.
Di Sukabumi, kita juga sempat membuka toko komputer di shopping center (seberang City Mall), dan juga di dekat atau depan komplek kantor Muhammadiyah.
“Nah, saat itu, saya mengajak Muhammadiyah untuk bekerjasama, dimana siswa Muhammadiyah boleh belajar komputer di tempat rental. Dan saya juga sempat mengajar di SMP Muhammadiyah,” ulasnya.
Dari situlah mengetahui bahwa di Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) membuka lowongan dosen, karena waktu itu anak juga sudah lumayan besar. Dan juga kalau jadi guru atau dosen anak tidak akan terbengkalai, maka akhirnya mendaftarkan diri menjadi dosen di UMMI.
“Saya menjadi dosen dan suami kemudian daftar PNS dan diterima. Namun begitu, untuk bisnis juga masih kita kerjakan, antara lain Exa family, penginapan, pertanian, dan peternakan serta Exa grosir,” ulasnya.
Perempuan yang sempat menjadi Wakil Rektor UMMI ini mengaku bahwa sebenarnya menjadi guru atau dosen adalah cita-citanya sedari kecil, sehingga ketika ada kesempatan kenapa tidak diambil dan ini seakan-akan Allah SWT mengabulkan atau mewujudkan. Sehingga kita benar-benar menjiwai sebagai seorang pengajar.
“Karena UMMI baru dan pada waktu itu baru pada taraf mencari bentuk atau format baru. Saya waktu itu direkrut untuk jadi dosen S1 dan tidak ada dilatih jadi dosen. Cuma beruntungnya saya pernah mendapatkan sertifikat akta empat dari IKIP Jakarta, sewaktu masih kuliah di IPB,” beber perempuan murah senyum ini.
Kampus baru, otomatis juga semua ba eu, termasuk tenaga pengajarnya juga baru. semua belajar sambil jalan, namun dari situlah baru mengetahui bahwa dosen itu harus melakukan penelitian, pendidikan dan pengabdian masyarakat, juga baru tahun jabatan akademik. Jadi ya harus lakukan penelitian, kalau mau mengurus jabatan akademik.
“Karena waktu itu semua baru di UMMI jadi semua harus belajar. Dan untungnya, saya kan senangnya penasaran dan banyak pingin tahu, jadi saya coba datang ke Kopertis (Sekarang LLDikti) dan disitulah banyak tanya. Apalagi waktu itu di kampus baru ramainya urus jabatan akademik, sehingga harus lakukan penelitian,” tambahnya
Kami di sini sekarang ini harus sangat berterimakasih kepada para pendiri, seperti pak Sakti Alamsyah, pak Barchoya Mansur dalam mengawal sehingga sampai seperti ini. “Dari banyak tanya dan belajar itulah sehingga saya terbilang selalu yang pertama dari Lektor pertama , sertifikasi dosen pertama dan bahkan sampai Assoc Profe6ssor ini juga pertama.,” tandasnya.
Menurutnya pencapaian dirinya tersebut tidak lepas dari jalinan silaturahmi yang terjalin dengan baik, sehingga informasi kita dapat dengan cepat, dan waktu jadi Wakil Rektor itulah yang selalu di bangun.
“Supaya temen-temen cepat dan selama inikan saya mengurusi sendiri dan saya tidak mau temen-temen mengurus sendiri,” ujar Rektor UMMI Renny Sukmawani.
Meskipun begitu, dengan banyak keluar dan mengurai hal-hal yang berkaitan dengan akademik inilah justru banyak hikmahnya meskipun harus keluar biaya sendiri. Justru dengan demikian banyak dikenal dan sering dimintai untuk menjadi instruktur pekerti (kalau dulu ibaratnya akta 5 nya), dipercaya menjadi instruktur pelatihan-pelatihan dosen muda dari LLDikti.
“Jalinan silaturahmi dengan semua pihak akan tetapi saya pertahankan selama saya memegang amanah sebagai Rektor UMMI ini,” pungkasnya.