SUKABUMITIMES.COM – Perlu suatu pendekatan yang komprehensif dan pelibatan semua lapisan masyarakat dalam memperbaiki sanitasi di Kota Sukabumi
Ini diutarakan oleh Pj. Wali Kota Sukabumi Kusmana Hartadji saat menghadiri sosialisasi Gerakan Peduli dana Berbudaya Lingkungan Hidup di sekolah (Adiwiyata) yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) di salah satu hotel di kota Sukabumi, Rabu (7/8/2024).
Kusmana mengungkapkan bahwa kunci untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat perlu dilakukan pendidikan lingkungan sejak dini, perubahan perilaku, dan perlunya penerapan kebijakan yang tepat dari pemerintah.
Untuk itu, lanjut Kusmana pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah, Program edukasi dan kampanye publik.
“Untuk itu, perlu disediakan fasilitas yang memadai untuk pengolahan sampah, seperti tempat pembuangan sampah yang terpisah untuk organik dan non-organik.
Kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat penting untuk mencapai tujuan ini. Pemerintah harus menyediakan regulasi yang mendukung dan fasilitas yang memadai, sementara sektor swasta dapat berkontribusi melalui inovasi teknologi dan investasi dalam infrastruktur pengolahan sampah.
“Di sisi lain, harus berpartisipasi aktif dalam program-program ini. Mereka harus diberi pemahaman tentang cara mengelola sampah di rumah, serta pentingnya mendaur ulang dan mengurangi penggunaan plastik.
Program edukasi lingkungan harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah di Sukabumi. Selain itu, kampanye kesadaran publik harus dilakukan secara terus-menerus untuk menjaga momentum perubahan.
“Pemerintah juga harus memperkuat regulasi terkait pengelolaan sampah dan memastikan implementasinya di lapangan. Pengawasan yang ketat dan pemberian sanksi bagi pelanggar dapat membantu menegakkan aturan dan mendorong kepatuhan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala DLH Kota Sukabumi Asep Irawan, menyoroti masalah sanitasi yang berlangsung turun-temurun di Indonesia, termasuk di Kota Sukabumi.
“Pada tahun 2023, Kota Sukabumi menghasilkan 184,4 ton sampah setiap hari dengan jumlah penduduk sekitar 360.000 orang. Ini berarti setiap individu di Sukabumi memproduksi sekitar 0,5 kg sampah per hari,” ungkapnya.
Asep menerangkan sebanyak 73% dari sampah ini dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sementara hanya 27% yang diolah oleh masyarakat. Dari total sampah yang ada, sekitar 40% berasal dari sisa makanan rumah tangga dan restoran.
“Data ini menunjukkan bahwa upaya pengolahan sampah oleh masyarakat di Sukabumi masih sangat terbatas,” jelasnya.
Asep Irawan menekankan perlunya adopsi paradigma baru dalam pengelolaan sampah, dimulai dari pendidikan lingkungan sejak dini. Ia menyebutkan bahwa di Jepang, anak-anak sekolah dasar diajarkan tentang etika lingkungan dan cara hidup bersih selama empat tahun pertama pendidikan mereka.
Masyarakat Jepang juga memiliki kebiasaan mencuci sampah seperti botol sebelum dibuang, menunjukkan tanggung jawab individu terhadap kebersihan dan lingkungan.
Dirinya berharap semoga acara ini dapat memainkan peran strategis dalam mengubah budaya masyarakat menuju perilaku ramah lingkungan.
“Gerakan peduli lingkungan harus dilakukan secara sadar, sukarela, dan berkelanjutan dengan tujuan menciptakan perilaku bertanggung jawab dalam upaya pelestarian lingkungan,” pungkasnya. (sya)