SUKABUMITIMES.COM – Setelah pondok pesantren (Ponpes) Modern Dzikir Al-Fath Sukabumi dan BRIN berkolaborasi dalam penelitian benda-benda yang ada di museum Prabu Siliwangi, kini keduanya melebarkan sayap dalam penelitian pendidikan.
Sebagaimana diungkapkan oleh pimpinan Ponpes Modern Dzikir Al-Fath Prof. Fajar Laksana kepada sukabumitimes.com setelah acara Seminar Hasil Penelitian BRIN Tahap 3 di Museum Prabu Siliwangi pada Rabu (15/2/2025).
Ini ditunjukkan dengan adanya MoU antara lembaga di Ponpes Modern Dzikir Al-Fath dengan pihak BRIN yang diwakili oleh Kepala Organisasi Research Arkeologi Bahasa dan Sastra (OR ABASA) Eri Yogaswara di aula Ponpes Al Fath.
Prof. Fajar menjelaskan, lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Ponpes Al Fath ini sangat lengkap, mulia dari SD, SMP, SMA/MA/SMK, dan Perguruan Tinggi.
“Kedepannya kita bisa bekerja sama dalam hal penelitian pendidikan. Sebagai tindak lanjut nantinya dilakukan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan,” jelasnya.
Kemudian agenda yang lain mengenai kehadiran BRIN ini untuk menyampaikan laporan resmi hasil penelitian tahap 3 dalam bentuk seminar yang dilakukan oleh BRIN terhadap benda-benda di Museum Prabu Siliwangi.
“Tadi pesertanya dari kalangan perwakilan pelajar tingkat SD, SMP, maupun SMA,” terang Prof. Fajar.
Prof. Fajar menerangkan, bahwa penelitian tahap 3 terhadap benda-benda museum Prabu Siliwangi difokuskan dalam tiga hal. Yakni benda keramik, benda batu, dan benda logam .
“Benda koleksi museum Prabu Siliwangi sampai saat ini sangat banyak, ada ribuan benda. Penelitian ini sudah tiga kali dilakukan, namun belum juga selesai. Karena penelitian ini tidak bisa dilakukan serentak, melainkan harus bertahap,” terangnya.
Dalam paparan tadi, pihak peneliti menyatakan bahwa benda-benda yang ada di museum ini mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi.
“Alhamdulillah, hasilnya sudah diberikan oleh peneliti kepada kami. Dari paparan yang dilakukan peneliti dari BRIN tadi, bahwa benda-benda yang ada di museum Prabu Siliwangi ini mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi,” ujarnya.
Lebih lanjut dibeberkan oleh Prof. Fajar salah satu keramik yang diteliti, ternyata hasilnya ada keramik yang sudah ada sejak abad 10 Masehi.
“Sedangkan benda batuan yang prototipe batu kujang itu sudah berumur 20 Sampai 30 juta tahun yang lalu. Jadi benda yang di museum ini mulai dari benda prasejarah, benda sejarah sampai kemerdekaan,” bebernya.
Masih ditempat yang sama, Peneliti Ahli Madya BRIN Yusmaeni Telawati membenarkan bahwa kehadirannya di Ponpes Al Fath dalam rangka penyampaian hasil penelitian benda-benda museum Prabu Siliwangi.
“Benar memang dalam rangka itu, tetapi juga sekaligus tadi dilakukan MoU antara BRIN dan Al Fath dalam hal penelitian pendidikan,” akunya.
Yusmaeni menjelaskan, penyampaian ini merupakan hasil analisis penelitian terhadap benda-benda yang ada di museum Prabu Siliwangi dari tanggal 23 hingga 25 November 2024 yang lalu.
“Salah satu benda keramik koleksi Museum Prabu Siliwangi ini stelah diteliti yang tertua itu ada pada abad 10 M. Sebagai perbandingan banyak situs-situs ditemukan seperti Borobudur, Prambanan, Rati Boko,” jelasnya.
Selain itu, keramik yang terbanyak dari koleksi museum ini berasal dari abad 16 atau 17 M, namun kebanyakan keramik masa dinasti Ming.
“Selain dari cina, ada juga keramik dari Thailand, Keramik Jepang serta dari Eropa, diantaranya buatan Inggris, Belanda, maupun Jerman,” tambahnya.
Pihaknya menyatakan, bahwa museum Prabu Siliwangi yang berasal di Kota Sukabumi ini sudah layak sebagai pusat edukasi.
“Bahkan kedepannya siswa SMP dan SMA itu nanti bisa membuat laporan ilmiah dari sini, Selain tentunya untuk edu wisata,” yakinnya.
“Koleksi museum Prabu Siliwangi ini sangat layak untuk dijadikan tempat edukasi sejarah bagi masyarakat, khususnya sekolah-sekolah,” pungkasnya. (sya)

 
																				























