SUKABUMITIMES.COM – Cuaca ekstrem yang terjadi di Kota Sukabumi pada Selasa (5/11/2024) yang lalu, mengakibatkann terjadinya banjir dan tanah longsor menyebabkan terjadinya kerugian dari warga masyarakat ratusan juta rupiah.
Tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa salah satu penyebabnya adalah wilayah bagian hulu sudah banyak yang beralih fungsi menjadi bangunan, sehingga serapan air sangat berkurang.
Begitu juga dengan apa yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi, Asep Irawan. Menurutnya, kalau yang di hulu itu serat keterkaitannya dengan masalah penyerapan air.
“Kalau dulu banyak air yang di serap dan dilindungi oleh pohon-pohon, tetapi sekarang sudah banyak yang berubah fungsi menjadi bangunan sehingga penyerapan itu berkurang,” kata Asep Irawan kepada sukabumitimes.com pada Senin (18/11/2024).
Dengan demikian, air yang masuk ke selokan dan terbawa sampai ke kota Sukabumi makin besar.
“Itu yang menambah besarnya debit air yang datang ke kota,” ujarnya.
Sebagai upaya untuk meminimalisir terulangnya banjir seperti beberapa hari yang lalu, maka perlu adanya diskusi jangan pendek.
“Solusi jangka pendeknya ya operasional lapangan,.Ini sebenernya sudah dari dulu yang menjadi pengamatan saya sewaktu masih di Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) kota Sukabumi,” ungkap Asep.
Ia melanjutkan, Jadi fenomena ini terjadi pada saat awal musim hujan. Orang pada saat musim kemarau membuang sampah sembarangan ke berbagai tempat, seperti ke selokan, dan itu tidak kira-kira, ada kursi ada kasur dan segala macam.
“Nah pada awal musim hujan langsung terbawa air, Itu problem pertama,” lanjutnya.
Kedua, masih kata Asep, dulu pernah ada yang mengamati dalam beberapa tahun kebelakang, rasanya aneh kalau di kota Sukabumi ada banjir, karena kontur tanahnya miring.
“Berdasarkan penelitian itu, paling kalau ada air itu hanya genangan, dan akan cepat hilang. Sekarang pun sebenarnya hilang, Dan sebenarnya problemnya apa,? Berarti problem nya di perjalanan, dimana air mengalir dari hulu ke hilir,” urainya.
“Jelasnya, problemnya ada pada selokan. Jadi selokan yang bermasalah. Selain debit bertambah dari hulu, juga selokan saat ini banyak mengalami perubahan-perubahan, ada penyempitan, ada rumah diatas selokan dan inilah yang harus segera di perbaiki, yaitu pembebasan selokan-selokan dari gangguan diatasnya. Karena ini disebakan banyak berubahnya,” pungkasnya. (sya)