SUKABUMITIMES.COM – Penjabat (Pj) Wali Kota Sukabumi, Kusmana Hartadji menghadiri rembuk stunting Kota Sukabumi 2024 dalam rangka percepatan penurunan stunting dan sekaligus melakukan peluncuran Aplikasi Siapdate (Sistem Aplikasi Data Stunting Terintegrasi) yang digelar di Hotel Balcony Kota Sukabumi, Jumat (31/5/2024).
Kegiatan ini sebagai upaya dan mendeklarasikan satu komitmen, menyepakati rencana kegiatan intervensi serta membangun komitmen publik untuk menurunkan prevalensi stunting.
Pj. Wali Kota Sukabumi, Kusmana Hartadji mengatakan bahwa hari ini selain peluncuran SiApdate juga melaksanakan rembuk stunting tingkat kota Sukabumi.
“Setelah sebelumnya diawali rembuk stunting di tingkat kecamatan dan kelurahan, berembuk untuk bagaimana supaya semua terlibat dan berkomitmen dari berbagai pihak, baik Forkopimda, media, yang telah kita tanda tangani tadi dan bersama-sama menurunkan jumlah angka stunting di Kota Sukabumi,” kata Pj. Wali Kota Sukabumi kepada sukabumitimes setelah seremoni.
Kusmana menambahkan, saat ini Kota Sukabumi termasuk lima besar di provinsi Jawa Barat (Jabar) dengan hampir 16,9 persen. Ini berdasarkan metode survey baru. Memang secara umum, semua daerah meningkatkan.
“Kota Sukabumi berada lima besar stunting setelah Bandung, Bogor, Tasikmalaya, dan Kabupaten Sukabumi,. Namun kita tidak melihat angkanya namun kita bagaimana mengupayakan supaya stunting tidak bertambah,” tambahnya.
Lanjut Kusmana, untuk sekarang ini pemerintah Kota Sukabumi berfokus pada 15 kelurahan yang akan menjadi lokus penanganan stunting.
“Mudah-mudahan dengan Zero stunting tidak ada penambahan stunting baru dan yang sudah stunting kita upayakan tidak lagi stunting, tentunya dengan gizi serta semua harus terlibat didalamnya,”harap Pj. Wali Kota Sukabumi.
Ketika ditanyakan mengenai langkah-langkah yang ditempuh dalam menangani stunting ini, Kusmana Hartadji mengungkapkan ada langkah konvergensi.
“Karena dalam sistem penilaiannya agak berbeda, sehingga semua meningkat, memang kita yang tertinggi, yaitu diangka 7,7 persen bila dibandingkan dengan daerah lainnya, dari yang sebelumnya 19,1 dan kita mengalami peningkatan, karena sebenarnya berbeda di perhitungan. Upaya dalam penambahan gizinya, di upaya sanitasinya, lingkungan bersihnya, terus dimonitoring evaluasinya, laporannya rutin dan langkah-langkah intervensinya dan mudah-mudahan di tahun 2024 ini mengalami penurunan,” bebernya.
Kang Tutus menjelaskan bahwa penyebab yang mendasari terjadinya penambahan angka stunting ini adalah karena metode surveynya yang berubah.
“Yang dulunya memakai metode PGPM, sekarang memakai metode SKI, itu yang membuat semua meningkat. Kemudian surveynya tidak didampingi, sehingga fokus disitu. Tapi itu buat evakuasi kita, ketika tim survey hadir, kita juga harus memilih mana daerah yang stuntingnya banyak. Tapi kita sudah jelas dengan lokasi-lokasi, kemudian kita punya data yang jelas dan akurat daerah mana yang dirasa stuntingnya paling banyak, lebih tepatnya resiko stunting,” terangnya.
Nah, kemudian dengan adanya SiApdate ini nantinya data bisa mengintegrasikan, data stunting, data resiko terlihat semua.
“Sehingga nantinya pemerintah dalam memberikan bantuan sosial bisa terarah dan tidak tumpang tindih,” lanjutnya.
Dijelaskan Kusmana, Kota Sukabumi memiliki inovasi berupa sebuah aplikasi yang mengintegrasikan data balita stunting, data keluarga berisiko stunting, data ketersediaan bantuan sosial, dan data geospasial balita stunting. Aplikasi tersebut dinamakan sistem data stunting terintegrasi (siapdate).
Berdasarkan hal pelaksanaan tersebut maka rembuk stunting dan peluncuran aplikasi siapdate ini merupakan langkah penting untuk memastikan terjadinya integrasi pelaksanaan intervensi penurunan prevalensi stunting di kota sukabumi yang dilaksanakan bersama sama antara perangkat daerah penanggung jawab layanan dengan sektor/lembaga non pemerintah dan masyarkat,” pungkasnya. (sya)