SUKABUMITIMES.COM – Warga di kampung Ciengang, Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi meminta izin perusahaan tambang emas yang berada di sekitar Desa Kertajaya dicabut.
Hal itu menyusul adanya, puluhan hektar sawah mengalami kerusakan dan terancam gagal panen yang berada di sekitar aliran sungai Cikondang yang meluap dengan membawa lumpur cukup tebal.
Solihudin saat diwawancara mengungkapkan bahwa sawah sawah warga banyak yang terdampak, tertimbun lumpur sesaat terjadi hujan deras beberapa waktu lalu, yang diduga lumpur tersebut berasal dari limbah perusahaan pertambangan, mengingat keberadaannya di hulu sungai.
“Ada sebuah PT yang pengolahannya mungkin tidak rapih atau apa, dan mereka tidak ada itikad baik kepada masyarakat, pas waktu bencana alam atau apapun,” ujarnya.
Hal tersebut, kata Solihudin berdampak mengakibatkan masyarakat lumpuh total dalam masalah pertanian, masyarakat sangat keberatan dengan keberadaan selama ini PT pertambangan tersebut, soalnya menurut warga pembuangan limbahnya ke aliran sungai masyarakat, tidak hanya itu hulu sungai masyarakat dikuasai oleh perusahaan.
“Ini sungai Cikonang, dihulunya ada PT, terus sungai Cimanggu sungai utama yang membawa lumpur kesini, sebenarnya ini kan ada tiga arus, dari Cimanggu, Kiaragaring, terus Sorgum, tapi yang paling dominan membawa lumpur itu ya PT itu,” terangnya.
“Karena kalau dari sorgum kan dia udah bangkrut dari 2023 udah tutup, terus Kiaragaring itu kan dia masih berpihak sama PT itu, itu kan kemarin memang atas nama masyarakat membuka areal pertanian tapi ujung ujungnya mereka dibuat pertambangan, itu yang membuat masyarakat kecewa,” imbuhnya.
Harapan masyarakat, ada peninjauan dari pihak terkait pemerintah daerah, pemerintah provinsi dan masyarakat ingin perbaikan dilakukan secara permanen mulai dari hulu sungainya serta, surat izin perusahaan yang membuat pelanggaran juga di cabut.
“Karena keberlangsungan kami sangat terganggu, area sawah, pertanian, bahkan cuman bukan areal sawah, kalau terus beroperasi kemarin juga ke mesjid ini terkena dampak lumpur sampai lutut, masuk ke masjid,” tuturnya.
Sementara itu Nirnawan ketua RT setempat mengaku rusaknya areal pesawahan warga karena tertimbun air bercampur lumpur yang terbawa dari limpasan air sungai tersebut hingga kini belum ada penanganan, tidak ada pihak pihak perusahaan datang ke lokasi sekedar meminta maaf ataupun melakukan perbaikan.
“Minta maaf atau apalah, gak ada, saya petani, punya sawah rusak parah, sama kena lumpur, harapan saya sebagai petani kami mah agar supaya ditutup saja, kalau bisa, gak ada manfaat itu keberadaan PT itu, yang ada merugikan ke masyarakat,” singkatnya. (stm)


























