Oleh: Syarif Hidayat (Pimred) Sukabumitimes.com
Semakin dekatnya pelaksanan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024 menarik untuk dicermati bagaimana strategi para calon dan timnya dalam menarik simpatik warga kota Sukabumi untuk meraih suara pemenangan.
Warga sebagai obyek suara, tentu mempunyai daya tawar (bargaining) yang kuat. Semua strategi dari para kontestan dan timnya akan menjadi penentu pemenangan.
Disisi lain, para kontestan juga pasti mempunyai daya tarik tersendiri. Pasangan Achmad Fahmi – Dida Sembada, Pasangan Ayep Zaki – Bobby Maulana, dan Pasangan Mohammad Muraz – Andri Hamami, masing-masing tentu mempunyai sisi positif dan sebaliknya sisi negatif dihadapan para obyek pilkada.
Kelebihan dan kekurangan inilah yang saat ini menjadi perbincangan di mata warga. Perbincangan seru ala warung kecil dengan suguhan kopi panas hampir kita temui di pojok-pojok warung kopi.
L
Sebenarnya yang menarik untuk kita lihat adalah bagaimana warga kota Sukabumi atas penilaian atas pasangan calon tersebut dan bagiamana visi misi serta program yang ditawarkan.
Namun penulis disini akan mencoba melihat bagaimana karakteristik pemilih atas tiga klasifikasi, yaitu ASN, Jamaah Pengajian (terutama pengajian ibu-ibu), serta masyarakat awam.
Pemilih Latar Belakang ASN
Aparatur Sipil Negara (ASN), penulis sebut dengan pemilih kalangan kelas menengah, sangat seksi dan menjadi rebutan semua kontestan pilkada. Bagaimana tidak? Dalam kultur masyarakat, kalangan ASN masih dianggap sebagai bagian masyarakat yang mempunyai pengaruh dalam lingkungannya.
ASN dianggap mewakili kelas masyarakat menengah terdidik yang mampu membawa arah konstelasi suara di pilkada. Namun, disisi lain, ASN juga harus mampu menempatkan netralitas atas keberpihakan, karena mereka dianggap sebagai pelayan masyarakat, namun di pihak lain mereka mempunyai hak suara.
Dilematis memang, tapi merekalah yang dianggap mampu membawa arus pergerakan suara masyarakat dalam menentukan pilihan akhir di kotak TPS nantinya. Setidaknya itulah pengamatan penulis dalam membaca konstelasi suara nantinya.
Pemilih Latar Belakang Jamaah Pengajian
Lain lagi dengan ASN, kelompok jamaah pengajian (Terutama pengajian ibu-ibu) juga tidak kalah seksinya dalam perolehan suara di pilkada ini. Apalagi suara mereka (jamaah pengajian) sangat dominan. Karena realita di masyarakat kelompok ini sangat inten dalam melaksanakan pengajian minimal seminggu sekali. Jamaah pengajian ini biasanya sangat takzim terhadap ustadz/ustadzahnya.
Makanya, tidak mengherankan kalau pasangan calon berlomba-lomba mencari simpatik dari kalangan ini. Ada yang biasanya tidak konsen dengan jamaah ini, namun karena dinilai strategis mencoba mendatangi jamaah pengajian, dengan harapan meraup suara darinya.
Hebatnya, jangan salah justru suara dari unsur masyarakat ini kalau sudah menentukan pilihan, maka biasanya akan dipegang teguh anggota jamaahnya. Namun begitu justru para konten pilkada harus selektif dan pandai-pandai dalam merebut simpatik darinya.
Pemilih Latar Belakang Masyarakat Awam
Nah untuk bidikan suara selanjutnya, masyarakat awam, Namum kita juga bisa memilah, salah satu nya generasi milenial dan gen z serta pelaku usaha, baik pelaku UMKM maupun industri atau perusahaan.
Obyek yang satu ini juga banyak menjadi rebutan, khususnya pemilih pemula dan kaum muda. Kalau tidak keliru, kaum muda pilkada 2024 mendominasi hampir 60 persen dari 100 persen suara yang ada.
Bahkan semua kontestan mempunyai tim sendiri dari kalangan kaum muda ini. Mereka menerapkan strategi yang tentunya diharapkan mampu menarik suara dari sini.
Belum lagi, para pelaku UMKM dan pelaku industri, dengan iming-iming mampu menciptakan iklim kondusif, kota yang sangat kayak untuk investasi, serta keberpihakan pada pelaku UMKM. Para kontestan membuat program menuju kearah tersebut.
Namun, apa yang terjadi di lapangan belum tentu sesuai dengan teori diatas kertas. Semua, apalagi yang namanya pemenangan pasti mempunyai strategi dan taktik sendiri.
Apalagi masyarakat sangat bias dan sangat beragam karakter, corak, maupun latar belakangnya. Semua sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang.