SUKABUMITIMES.COM – Perusahan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Buni Wibawa (TBW) Kota Sukabumi membutuhkan anggaran biaya antara Rp.150 sampai Rp.200 miliar untuk mengganti seluruh jaringan pipa air minum di seluruh wilayah kerjanya.
Direktur Perumda Air Minum TBW Kota Sukabumi Sani Santika Susena Prawirakoesoema mengatakan besarnya tingkat kebocoran, menyebabkan hilangnya air yang mencapai 75 persen atau setara dengan 700 ribu m³ pertahun.
“Tingkat kebocoran air sangat tinggi ini disebabkan oleh jaringan pipa air yang sudah lama, ada yang dari zaman Belanda sampai Sekarang belum pernah diganti, ada yang dari proyek tahun 1980 dan 1990, seharusnya sudah harus diganti,” kata Sani Santika kepada sukabumitimes.com ketika ditemui seusai acara peringatan HUT Ke-49 Perumda Air Minum TBW Kota Sukabumi pada Rabu (28/8/2024).
“Artinya kalau ada anggaran kurang dari itu kita harus memilih bagian mana yang harus kita dahulukan dan itu dana yang tidak tersedia di Pemkot Sukabumi saat ini,” sambungnya.
Untuk itu, lanjut Sani Santika, sebagai Langkah dan upaya yang dlakukan adalah dengan inovasi, apakah kita akan bekerja sama dengan pihak swasta atau kita mencari celah-celah bantuan dari provinsi atau pusat.
Ketika disinggung perihal kerjasama dengan pihak Korea Selatan, dirinya menerangkan bahwa itu lebih banyak berupa alih pengetahuan dan juga alat untuk mendeteksi kebocoran pipa di dalam tanah.
“Sampai saat ini alat tersebut masih digunakan. Karena alatnya hanya satu, sehingga penggunaanya harus bergiliran ke seluruh area. Jadi kerjasama dengan Korea itu kalau secara resminya adalah pertukaran ilmu,” terangnya.
Penyertaan modal dari pihak Pemkot Sukabumi ke Perumda Air Minum TBW itu sesuatu hal yang biasa dan rutin dilakukan setiap tahunnya. Sebenarnya komitmen dari Pemkot Sukabumi penyertaan modal itu sebenarnya Rp.25 miliar tapi itu sejak tahun 1975.
“Dana sebesar itu kalau di tahun 1975 memang sangat besar, tetapi kalau untuk Sekarang ini, tentu kita bisa berhitung. Tapi sebenarnya kita juga belum bisa berharap bantuan yang besar dari Pemkot saat ini, karena mengingat masih banyak hal yang harus dibiayai dan tentu itu harus kita pahami,” jelasnya.
Sambil menunggu Pemkot Sukabumi bisa meningkatkan penyertaan modalnya, tentu kita harus mencari jalan lain, yaitu inovasi dengan pihak swasta atau dari pihak provinsi juga pusat.
“Masalah kebocoran itu karena usia jaringan pipa yang sudah tua, tapi ada juga pihak yang nakal, yaitu menyambungkan kembali secara ilegal, kebanyakan dari bekas tutupan yang disambung tanpa sepengetahuan perusahaan,” pungkasnya. (sya)