SUKABUMITIMES.COM – Peristiwa memilukan dan membuat geger masyarakat beberapa waktu lalu, yaitu seorang anak sebut R (26) tahun tega membunuh ibu kandungnya sendiri yang terjadi di kampung Cilandak, Desa Sekarsari, Kecamatan Kalibunder, kabupaten Sukabumi.
Peristiwa ini mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Salah satunya Kementerian Agama (Kemenag) RI, yaitu oleh Bimas Penais, Subhan Nur Mahmud yang hadir dalam acara pelepasan program Ustadz Garis Depan (UGD) Ponpes Modern Dzikir Al-Fath untuk Pengabdian ke Pulau Buru.
Subhan mengemukakan pendapatnya bahwa salah satu faktor penyebab peristiwa tersebut kurangnya pendidikan agama dan juga pendidikan agama yang ada kurang menyeluruh.
“Seharusnya semua pelajar maupun masyarakat itu mendapatkan pelajaran agama yang berimbang. Adanya kejahatan, dekadensi moral itu menandakan pengetahuan agama dari umat Islam itu belum berimbang,” ujar Bimas Penais Kemenag RI, Subhan Nur Mahmud kepada sukabumitimes.com, Kamis, (16/5/2024).
Masih menurutnya, seharusnya porsi pendidikan agama bukan hanya terfokus di madrasah atau pesantren saja, melainkan juga di lembaga-lembaga formal, seperti sekolah umum.
“Sekolah umum seharusnya juga memiliki porsi pengetahuan agama yang berimbang, sehingga ada balancing (keseimbangan) antar akal dan hati,” tambahnya.
Masih menurut Subhan, semua elemen masyarakat mempunyai peran yang sama untuk mengangkat moral bangsa. Kita semua sudah satu sikap dan satu langkah.
“Yang namanya ulama itukan berkewajiban menyampaikan dan kita juga paham bahwa tingkat penerimaan masyarakat itu berbeda-beda,” tambahnya.
Selain dari Kemenag, Bupati Sukabumi, Marwan Hamami juga dibuat heran dengan tingkah anak tersebut yang tega membunuh ibu kandungnya sendiri.
“Saya tidak habis pikir, dan bertanya-tanya kenapa kok bisa begini? Kalau melihat dari raut mukanya anak tersebut terkesan pendiam, tidak ada wajah sangar. Namun begitu Kita sudah minta supaya ada pendampingan psikologis,” ujar Marwan, Jumat (17/5/2024)
Bupati Sukabumi, Marwan Hamami memberikan penilaian bahwa yang menyebabkan anak tega dan Bernai melakukan hal yang demikian dikarenakan kurangnya pemahaman agama.
Marwan menilai, salah satu faktor anak berani melakukan hal tersebut karena kurangnya pendidikan agama. Padahal, kata dia, di Kecamatan Kalibunder terdapat banyak pondok pesantren dan ulama.
“Wallahu’alam itu bisa sampai seperti itu, di Kalibunder pendidikan agama sih jalan, ini faktornya kita sedang pelajari hari ini. Piraku budak ciga kieu (masa anak seperti ini) tapi da itu, ketika dia berkeinginan apakah ada provokatornya harus ada motor, gaul dengan temannya harus ada motor tapi itu sedang kita pelajari,” ujarnya.
Ditanya soal upaya pencegahan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Marwan mengatakan, pencegahan harus dilakukan berbagai pihak. Tak hanya itu, lingkungan juga sangat berpengaruh pada psikologi dan pergaulan anak.
Untuk itu, supaya kejadian ini tidak berulang lagi, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk mendidik anak sesuai zaman. “Makanya Rasul meyakinkan lewat Khalifah Ali didiklah anak sesuai dengan zamannya, itu.
“Pengen handphone saja bisa, ini apalagi motor, Kalibunder hayang motor cungcreng, pan moal mungkin atuh (mau motor tinggal beli, kan tidak mungkin). Di tempat lain saja orang menjual tanah dulu untuk beli motor, kita juga kan berpikirnya realistis saja bisa,” pungkasnya. (sya)