SUKABUMITIMES.COM – Mutiara Hasanah (9), putri kedua dari pasangan suami istri Umar dan Nurhasanah, warga Kampung Cidadap, Desa Sukaluyu, Kecamatan Kalibunder, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mengalami kondisi yang tidak bisa dan sangat memprihatinkan.
Dari bayi, Mutiara telah menunjukkan perkembangan fisik dan saraf yang tidak normal, dimana kedua tungkai kaki dan tangan lumpuh dan kondisinya semakin memburuk seiring berjalannya waktu.
Ayah Mutiara, Umar menuturkan kelainan yang terjadi pada putrinya ini mulai terlihat saat berumur 18 bulan. Ketika itu kedua kaki dan tangannya lemah dan lumpuh. Ditambah lagi dengan terjadinya kelainan lainnya, yaitu Gangguan saraf otak yang menyerang tubuhnya, sehingga beberapa bagian tubuhnya tidak bisa digerakkan.
“Pada saat lahir, anak saya berbobot normal 2,3 Kg, namun baru ketahuan akan adanya kelainan ketika berumur 7 bulan, dimana ketika anak seusianya sudah bisa berdiri, Mutiara bahkan sulit berdiri,” tutur Umar dengan suara nyaris menangis, Minggu (2/6/2024).
Mengetahui hal yang demikian, Umar pun tidak tinggal diam, sebagai orang tua kemudian dirinya berupaya mengobati putrinya dengan membawa ke puskesmas setempat. Namun sesampainya di sana, tim medis menyarankan untuk membawa Mutiara ke dokter anak di rumah sakit yang ada di Kota Sukabumi. Dari situlah diketahui ada kelainan pada pertumbuhan Mutiara. “Katanya harus ke medis Hermina, tapi setelah tiga bulan tidak ada perkembangan, terpaksa saya bawa pulang lagi,” lirihnya.
“Sekarang, anak saya berumur 9 tahun, sehari-hari hanya bisa bilang Bapak, Mamah, itu saja,” sambungnya.
Umar juga menjelaskan bahwa selain tidak bisa duduk dan beraktivitas layaknya anak seusianya, Mutiara juga kesulitan mengkonsumsi makanan. Ia hanya bisa makan bubur dan ASI yang lembut, itupun sering dimuntahkan kembali. “Kadang-kadang suka muntah, katanya tenggorokannya sempit,” terangnya.
Melihat kondisi yang seperti ini, Umar mengaku hanya bisa pasrah, karena faktor keuangan dalam keluarganya yang tak memungkinkan untuk biaya pengobatan lanjutan.
“Saya dan istri Nurhasanah hanya bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan tak menentu dan sangat terbatas,” terangnya.
Dirinya sebagai orang tua Mutiara sebenarnya kepingin anaknya sehat seperti anak yang lainnya. Umar juga sangat berharap ada bantuan dari pihak lain untuk membantu pengobatan Mutiara.
“Harapan saya sekarang, kepada pemerintah mohon bisa membantu anak saya supaya bisa sembuh, ada bantuan, ada penanganan, saya dari dulu mikir harus ke mana mengadu, jadi sudahlah harapan hampa karena tidak ada respon dari pemerintah,” ungkap Umar terbata-bata.
“Saya ingin anak saya seperti anak orang lain, sedih banget melihat anak orang lain sehat, saya tidak bisa berbuat banyak, saya bukan tidak bersyukur, sehari-hari hanya bekerja serabutan, kadang nyangkul, ngambil rumput, menggembala kambing milik orang,” lirihnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sukaluyu, Muhibin, mengatakan bahwa pihak pemerintah desa telah berupaya membantu dengan memasukkan Mutiara dalam program Jamkesmas, namun upaya tersebut belum membuahkan hasil.
“Bukannya kami tidak berupaya, tapi kemampuan kami terbatas,” ujar Muhibin saat dikonfirmasi sukabumitimes.com.
“Saya sebagai pemerintah desa berharap ada bantuan dari pihak lain untuk memperbaiki kesehatannya dan ekonominya. Mudah-mudahan setelah ini ada penanganan, terutama dari Ibu Risma, untuk meninjau ke lapangan,” pungkasnya. (sya)