Oleh: Ohan Jauharudin (Penyuluh Agama Islam & Mahasiswa pascasarjana INKHAS)
Sekolah Pembentukan Perwira Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Setukpa Lemdiklat Polri adalah sekolah kedinasan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas untuk menyelenggarakan fungsi pembentukan perwira Polri yang bersumber dari anggota Polri.
Belum lama ini Setukpa menggelar Seminar Sosialisasi kota Sukabumi sebagai “Kota Polisi” tepatnya Selasa, 7 Oktober 2025 di Gedung Anton Sudjarwo.
Kegiatan ini mengangkat tema “Polisi Bersama Rakyat Menjaga Negeri” sebagai upaya memperkuat identitas dan peran strategis Kota Sukabumi dalam dunia kepolisian Indonesia.
Dalam seminar tersebut, hadir sejumlah narasumber penting yaitu, Komjen Pol. Prof. Chryshnanda Dwilaksana, (Kalemdiklat Polri), Kombes Pol. Ernesto Saiser, (Kabid. Pengsos Setukpa Lemdiklat Polri), Asep Deni, (Akademisi & Pengamat Kebijakan Publik), dan Iman Firmasyah, (Penulis sejarah Sukabumi).
Kota Sukabumi resmi dinobatkan sebagai “Kota Polisi” melalui Pemerintah Kota Sukabumi pada 31 Maret 2022, berdasarkan Keputusan Wali Kota Nomor 188.45/115-HUK/2022.
Julukan ini merupakan bentuk penghormatan atas peran penting Sukabumi sebagai pusat pendidikan kepolisian, khususnya dalam mencetak calon pemimpin masa depan.
Sejak perubahan Sekolah Calon Perwira Polri (Secapa) menjadi Setukpa pada tahun 2010, tentunya lembaga ini telah memberikan kontribusi nyata selama 15 tahun terakhir, baik dalam bidang pembentukan karakter aparat kepolisian maupun dampak sosialnya terhadap masyarakat.
Peran Branding dalam Membangun Identitas Kota
Seperti dalam paparannya, Iman Firmasyah menekankan pentingnya branding identity dan branding image untuk memperkuat posisi Sukabumi sebagai Kota Polisi. Branding identity adalah cara sebuah merek — dalam hal ini kota Sukabumi— ingin dilihat dan dipersepsikan oleh publik, melalui identitas resmi yang dirancang untuk membangun kesan tertentu. Branding image adalah persepsi nyata yang terbentuk di benak masyarakat berdasarkan pengalaman dan opini mereka terhadap kota tersebut.
Dengan demikian, Sukabumi tidak hanya dikenal secara administratif, tetapi juga melalui citra kuat yang membekas dalam benak masyarakat Indonesia.
Multi Branding Kota Sukabumi
Sementara itu, Dr. Asep Deni menyampaikan dalam paparan materinya bahwa satu kota idealnya memiliki lebih dari satu branding. Kota Polisi dapat menjadi main branding, tetapi dapat diperkuat dengan sub-branding yang mencerminkan kekayaan local misalnya saja, Kota Moci, mencerminkan kekhasan kuliner lokal. Kota Santri, menggambarkan keberadaan pesantren yang melimpah. Kota Kaligrafi, merujuk pada peran Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (Lemka) sebagai pusat seni kaligrafi Islam yang diakui secara nasional dan internasional dengan berbagai capaian prestasinya.
Dengan pendekatan multi-branding ini, Sukabumi dapat memperluas daya tariknya sebagai kota dengan identitas unik yang kuat.
Pentingnya Sosialisasi Branding
Salah satu kunci keberhasilan branding kota adalah sosialisasi yang menjangkau semua lapisan masyarakat — dari kalangan bawah, menengah, hingga elit. Branding Kota Polisi bukan sekadar simbol, melainkan gerakan untuk membangun kesadaran hukum dan demokrasi, serta menciptakan rasa aman dan kebersamaan antara masyarakat dan aparat penegak hukum.
Sukabumi sebagai kota yang aman, berdaya, berkarakter, dan menjadi contoh sinergi antara masyarakat dan aparat penegak hukum.
Dengan strategi branding yang tepat, Kota Sukabumi berpotensi menjadi miniatur Indonesia, tempat masyarakat dan kepolisian bersinergi membangun peradaban kota yang tertib, aman, dan berdaya saing tinggi. (*)