SUKABUMITIMES.COM – Kesenian tradisional di Kabupaten Sukabumi merupakan bagian penting dari identitas masyarakat. Berbagai kesenian lahir dari kearifan lokal, diwariskan turun-temurun, dan hingga kini tetap menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dari seni pertunjukan hingga kesenian rakyat, semuanya mencerminkan kekayaan budaya serta filosofi hidup orang Sunda di Sukabumi.
Salah satu kesenian yang cukup populer adalah gendang pencak, musik pengiring pencak silat yang dimainkan dengan kendang, kecrek, dan gong. Irama khasnya tidak hanya menjadi penyemangat para pesilat, tetapi juga melambangkan kekuatan, keberanian, serta keindahan gerak silat sebagai warisan bela diri tradisional.
Selain gendang pencak, Sukabumi juga memiliki kesenian gondang, yaitu kesenian musik tradisional yang memadukan alat musik perkusi dengan lagu-lagu berbahasa Sunda. Gondang sering dimainkan dalam acara hajatan, khitanan, hingga pesta panen sebagai bentuk ungkapan syukur masyarakat kepada Sang Pencipta.
Tak kalah menarik, ada pula calung dan angklung buhun yang masih dijaga di beberapa kampung adat. Alunan bambu yang sederhana namun sarat makna ini biasanya dimainkan saat acara adat atau perayaan desa. Bagi masyarakat Sukabumi, bunyi bambu dipercaya menghadirkan harmoni dengan alam.
Kesenian rakyat lainnya yang lekat dengan keseharian warga adalah sisingaan dan dogdog lojor. Kesenian ini identik dengan arak-arakan, biasanya untuk merayakan khitanan atau hajatan besar. Irama tabuhan dogdog dan gerak tari yang kompak membuat suasana semakin meriah dan menjadi hiburan rakyat yang mudah diterima semua kalangan.
Di wilayah pesisir selatan Sukabumi, terdapat pula tradisi seni ruwatan laut yang diiringi pertunjukan tari dan musik tradisional. Ruwatan ini dilaksanakan sebagai bentuk doa dan syukur nelayan kepada Tuhan atas hasil laut yang melimpah. Unsur kesenian dalam ritual ini menjadikan budaya masyarakat pesisir semakin kaya.
Namun, keberadaan kesenian tradisional di Sukabumi menghadapi tantangan di era modern. Masuknya budaya populer membuat generasi muda lebih akrab dengan hiburan digital dibandingkan kesenian tradisional. Karenanya, peran pemerintah daerah, seniman, dan komunitas budaya sangat penting untuk melakukan revitalisasi dan regenerasi seniman muda.
Kesenian lokal Sukabumi bukan sekadar hiburan, tetapi juga identitas sekaligus sarana mempererat persaudaraan. Jika terus dirawat dan dikembangkan, kesenian ini akan menjadi daya tarik pariwisata sekaligus kebanggaan masyarakat Sukabumi. Melestarikan kesenian berarti menjaga jati diri dan warisan budaya untuk generasi mendatang. (*/rus)